![]() |
Foto diambil dari: www.jernihnews.com |
Suka bergetar hati ini ketika membaca buku-buku Buya Hamka atau membaca tulisan orang lain tentang beliau.
Yang paling bikin bergetar itu saat menyimak kajian (Ust. Muhammad Farid Imansyah) tentang kehidupan Buya Hamka bersama istri dan anak-anaknya. Ketika itu Orde Lama, keluar putusan presiden yang melarang PNS untuk aktif terlibat di partai politik. Jadi harus pilih salah satu. Buya Hamka dihadapkan pada opsi antara tetap/mundur menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)—dari Kementerian Agama, atau memilih tetap/keluar dari partai politik.
Dalam hal ini, Buya Hamka tidak bisa memutuskan sendiri, beliau melibatkan istrinya, Siti Raham, bermusyawarah dengannya. Bukan karena Buya tidak percaya diri dalam mengambil keputusan, melainkan karena beliau sangat menghormati istrinya. Bagaimanapun, keputusan yang akan beliau ambil berkaitan pula dengan tugasnya sebagai kepala rumah tangga, yang wajib memberi nafkah terhadap keluarga. Buya menyampaikan pertimbangan pada istrinya (selanjutnya saya panggil Ummi biar lebih singkat) kalau dengan tetap menjadi PNS kehidupan mereka akan terjamin, tiap bulan dapat kiriman beras tetap, dapat gaji tetap, dsb. Sedangkan kalau memilih partai politik, kehidupannya belum tentu terjamin. Lalu apa jawaban dan pertimbangan lain dari Ummi Siti Raham?
"Toh selama ini keluarga kita tidak kaya hanya karena menjadi pegawai negeri. Jadi Hamka sajalah," ucap Ummi sambil tersenyum.
Maksudnya apa? Ummi mendukung Buya Hamka tetap aktif di politik, tetap berdakwah, memperjuangkan Agama Islam dan bangsa ini bersama umat, serta benar-benar dekat dengan masyarakat sebagaimana seorang Hamka yang selama ini dikenal. Ummi tahu kecondongan Buya Hamka ke arah mana.
"Tidak perlu khawatir. Kami akan baik-baik saja. Bukankah selama ini Kakanda selalu berkata, kalau kita berjuang karena Allah, pastilah Allah menjamin kehidupan kita?" lanjut Ummi, menyakinkan suaminya. Seketika menangis harulah Buya Hamka. Beliau kemudian memutuskan mundur dari PNS dan aktif berjuang melalui partai politik Islam.
Tidak sampai di situ. Setelah keputusan itu diambil, malam harinya, Ummi mengumpulkan anak-anaknya di meja makan (tanpa ada Buya Hamka).
"Kehidupan kita beberapa hari ke depan akan ada perubahan. Ayah kalian mungkin tidak bisa membeli sesuatu yang kalian inginkan. Jadi mulai malam ini, kita harus lebih berhemat, beli sesuatu yang memang betul-betul dibutuhkan," Ummi mem-briefing anak-anaknya.
"Kepada Kakak-kakak yang sudah beranjak dewasa, mulailah mencari pekerjaan. Bantu Ayah dan keluarga ini," pesan Ummi pada anak-anaknya yang tertua.
Masya Allah, sungguh wanita teladan. Keluarga teladan. Sungguh, ini menunjukkan definisi di balik lelaki hebat, ada wanita hebat di sampingnya. Semoga kita bisa meneladani keluarga ini.
"Salah satu pengerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah." (Buya Hamka)
Dan telah tayang film Buya Hamka hari ini, Rabu, 19 April 2023, di bioskop-bioskop (insya Allah) seluruh Indonesia. Semoga bisa nonton dalam waktu dekat.
Komentar
Posting Komentar