Bermula dari satu kalimat sindiran darimu, hingga kemudian membuat kita seperti tangan dengan kelikir penuh dalam genggaman, yang sewaktu-waktu dapat dilemparkan tepat mengenai sasaran.
Suatu hari, kita
dalam perjalanan melayat bersama-sama, tetapi dengan dua kendaraan terpisah. Kamu
memasuki kendaraan di depan dan aku memilih memasuki kendaraan yang di belakang.
Dapat kulihat betapa sesak muatan kendaraan yang membawamu, sehingga bukannya menghadap ke depan, dirimu justru menghadap ke belakang.
Kendaraan
yang membawamu, menikung jalan lebih dulu. Pada saat itulah pertama kalinya pandangan
kita bertemu. Kita saling melihat beberapa detik. Saat kendaraan yang membawaku
juga menikung, kita tidak bisa lagi saling melihat.
Kemudian kita tiba di tikungan kedua. Entah bagaimana, aku dan kamu kembali berpandangan. Kulihat ada yang berbeda dari tatapanmu, lebih hangat, lebih bersahabat. Aku memegangi dada, merasakan debar-debar di sana.
Komentar
Posting Komentar