Sebagai
gadis yang lahir dan tumbuh di pedesaan, tak banyak yang dia ketahui tentang
bagaimana potret kehidupan di kota. Semasa kecil, ia hanya pernah ke kota
sekali, tetapi hanya pergi ke pasar malam. Potret perkotaan belum tampak di
matanya, hingga gadis itu mulai memasuki usia remaja.
Gadis itu menghabiskan
masa pubertasnya di asrama. Sejak di sanalah ia mulai bepergian ke kota,
melihat-lihat bangunan serta detail yang mengelilinginya.
Suatu hari,
gadis itu hendak pergi ke pusat pasar di Pamekasan. Ia naik pedesaan, angkutan
umum yang amat masyhur pada masanya. Saat pedesaan melaju pelan, gadis itu menyadari
adanya bangunan tinggi di seberang. Ia tidak mengedipkan mata pada saat melihat
gedung tinggi tersebut. Gadis itu pun bergumam. Aku ingin masuk ke sana!
Beberapa tahun
kemudian.
Seorang
gadis terlihat sedang memarkir motor tuanya. Ia mengambil dokumen dalam godiebag
yang sengaja ia kaitkan di motornya. Gadis itu kemudian berjalan pelan, dan
berhenti sejenak. Ia pandangi gedung tinggi di hadapannya. Bukankah dulu ia sangat
ingin masuk ke gedung ini? Kini, siapa sangka kalau gadis itu benar-benar memasukinya
tiap bulan sekali. Sejak saat itu, ia percaya, Tuhan tidak hanya memberi apa
yang kita butuhkan, Ia juga memberi apa yang kita inginkan.
Pademawu, Pamekasan
Komentar
Posting Komentar