Mengenang (2)

Sebagai gadis yang lahir dan tumbuh di pedesaan, tak banyak yang dia ketahui tentang bagaimana potret kehidupan di kota. Semasa kecil, ia hanya pernah ke kota sekali, tetapi hanya pergi ke pasar malam. Potret perkotaan belum tampak di matanya, hingga gadis itu mulai memasuki usia remaja.

Gadis itu menghabiskan masa pubertasnya di asrama. Sejak di sanalah ia mulai bepergian ke kota, melihat-lihat bangunan serta detail yang mengelilinginya.

Suatu hari, gadis itu hendak pergi ke pusat pasar di Pamekasan. Ia naik pedesaan, angkutan umum yang amat masyhur pada masanya. Saat pedesaan melaju pelan, gadis itu menyadari adanya bangunan tinggi di seberang. Ia tidak mengedipkan mata pada saat melihat gedung tinggi tersebut. Gadis itu pun bergumam. Aku ingin masuk ke sana!

Beberapa tahun kemudian.

Seorang gadis terlihat sedang memarkir motor tuanya. Ia mengambil dokumen dalam godiebag yang sengaja ia kaitkan di motornya. Gadis itu kemudian berjalan pelan, dan berhenti sejenak. Ia pandangi gedung tinggi di hadapannya. Bukankah dulu ia sangat ingin masuk ke gedung ini? Kini, siapa sangka kalau gadis itu benar-benar memasukinya tiap bulan sekali. Sejak saat itu, ia percaya, Tuhan tidak hanya memberi apa yang kita butuhkan, Ia juga memberi apa yang kita inginkan.


Pademawu, Pamekasan

 

Komentar