Jika Aku Menjadi ...

 

Jika aku menjadi … seperti mereka yang kurang beruntung

mungkin saja tulang dan dagingku tak kan kuat

setiap detik mengeluh

Coba kau jadi dia, sanggupkah bernapas tanpa udara

betapa sulit dan penat namun tetap bisa

tersenyum dalam ikhlas

 

Chorus dari lagu Melly Goeslaw di atas rasanya mampu membuat mata berkaca-kaca. Sebuah lagu yang dibuat khusus untuk program ‘Jika Aku Menjadi’ yang tayang di Trans TV. Salah satu lagu terbaik Teh Melly menurut saya, dan salah satu program televisi favorit saya pada masanya. Namun, bukan itu inti dari tulisan ini.

 

Bagaimana … jika kita menjadi mereka, para korban bencana?

Bagaimana … jika kita menjadi mereka, masyarakat fakir-miskin?

Bagaimana … jika kita menjadi mereka yang kurang ‘beruntung’?

 

Sebenarnya secara duniawi kita ini kurang apa sih, dibandingkan dengan orang lain? Secara ekonomi, kita tidak termasuk orang-orang yang terpuruk. Secara fisik, kita tidak termasuk di antara mereka yang membutuhkan bantuan medis atau alat bantu lainnya. Secara kejiwaan kita tidak termasuk mereka yang kehilangan pegangan atau kendali. Kenyataannya sampai detik ini, banyak di antara kita masih bisa makan dengan lahap. Masih bisa tidur dengan nyenyak. Masih bisa pegang handphone setiap hari. Kita ini kurang apa? Secara duniawi kita tidak benar-benar kekurangan sesuatu, tetapi kenapa masih saja kita suka mengeluh? Apa karena Tuhan berfirman. Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah, lantas dengan sesuka hati kita mengeluhkan nasib, keadaan dan sebagainya.

 

Kita ini kurang iman, kurang takwa, sehingga efeknya kita jadi lupa untuk bersyukur. Benar kata Ustaz Adi Hidayat, sesungguhnya kita ini hanya kurang bertakwa kepada Dzat yang Maha Menciptakan, Allah Swt. Lā haula wa lā quwwata illā billāhil 'aliyyil adhīm, tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. ʾInnā lillāhi wa ʾinna ʾilayhi rājiʿūn, sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepadanyalah kami kembali.

 

Pademawu, Pamekasan

Komentar