Dilema Guru Tahfiz di Masa Pandemi

 

Adanya penyebaran wabah covid-19 benar-benar luar biasa. Siapa yang tidak terdampak? Semua kalangan diuji karenanya, tak terkecuali Guru Tahfiz yang dituntut untuk tetap mengadakan kegiatan hafalan bagi siswa-siswanya, secara daring (online). Jangan membayangkan kegiatan daring diadakan melalui zoom meeting, google meet, video call atau semacamnya. Kegiatan yang dilakukan hanya setoran melalui grup whatsapp dengan cara mengirim rekaman bacaan (hafalan) berupa format audio/voice note. Mungkin kegiatan yang sangat sederhana bagi siswa, tetapi sebenarnya sangat tidak efektif dan tidak efisien bagi kedua belah pihak, terutama bagi guru. Kenapa? Mari kita jabarkan secara sederhana.

 

Yang namanya kegiatan menghafal, apalagi menghafal kalamullah, Al-Qur'an Karim, adalah paling efektif dengan metode langsung, antara guru dengan siswa, bertatap muka secara nyata. Lebih-lebih bagi siswa yang belum bisa membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar, maka metode talaqqi adalah jawabannya. solusi terbaik untuk membantu siswa dalam menghafal. Kenapa begitu? Karena guru bisa langsung mencontohkan bacaan yang benar, bisa satu kali, dua kali, atau berkali-kali hingga siswa bisa menghafalnya dengan fasih dan lancar.

 

Bisa kita bayangkan jika kegiatan tahfiz berganti dari yang tadinya talaqqi ke metode rekaman yang disetor via whatsapp? Maka, jangan terlalu mengharapkan hasil yang maksimal. Apakah tidak bisa maksimal? Bisa. Tentu saja bisa, selama kegiatannya dilakukan secara intens, juga ada feedback lebih dari satu kali dalam satu waktu.

 

Lalu, kenapa setoran hafalan di whatsapp dikatakan tidak efektif dan efisien? Jawabannya,  karena yang ditangani oleh satu guru lebih dari sepuluh siswa. Itu alasan pertama. Alasan lainnya, bagi guru, setoran hafalan demikian tidak sesederhana yang siswa lakukan. Guru harus mendengarkan rekaman siswa, terkadang tidak cukup dengan hanya satu kali mendengar. Kemudian guru mencatat ayat/bacaan yang keliru atau yang kurang sempurna, entah dari segi makhroj, huruf, harkat, tajwid dan lain sebagainya. Kemudian setelah kesalahannya dicatat, guru baru memberikan koreksi dengan mengirimkan rekaman tanggapan. Itu jika 1 siswa. Bagaimana jika ada 30 siswa? Dan ayat yang disetor banyak? Full surah An-Naba’ misalkan? Sedang bacaannya banyak yang salah, banyak keliru. Maka, berapa banyak waktu yang dibutuhkan guru? Bisa lebih dari 3 jam! Betapa tidak efisien jika dibandingkan dengan setoran langsung atau minimal via google meet, di mana guru bisa langsung mengoreksi bacaan-bacaan yang keliru.

 

Kalau begitu, kenapa tidak setoran via google meet atau zoom saja? Tidak bisa, sungguh tidak bisa! Tidak semua orang tua siswa memiliki waktu untuk itu. Yang bisa dilakukan oleh Guru Tahfiz hanya bersabar dengan tugas-tugas dan segala prosesnya. Setidaknya, dengan tetap diadakannya kegiatan menghafal adalah jauh lebih baik daripada tidak diadakan sama sekali. Jika bukan kita dan generasi penerus yang menjaga Al-Qur’an, siapa lagi?  Allahumarhamna bilqur’an.

 

Pademawu, Pamekasan

Komentar