DUNIA ANAK LAKI-LAKI


Review buku “The Adventures of Tom Sawyer”
Penulis : Mark Twain
Penerjemah : M. Baihaqqi
Penerbit : Atria
ISBN : 978-979-024-450-4

Sudah sejak lama saya memikirkan, sebenarnya, seperti apa dunia orang-orang selain saya? Khususnya dunia laki-laki. Mengenai apa saja yang mereka pikirkan, dan, apa saja yang mereka bicarakan, menarik perhatian saya untuk mengetahuinya. Bukan apa-apa, dengan mengetahui itu semua, memudahkan saya merangkai dialog atau adegan dalam ruang kepala. Dan, sepersekian rasa penasaran saya itu terjawab dengan menamatkan buku (novel petualangan) berjudul The Adventure of Tom Sawyer.
Kesan saat membaca dua bab pertama novel ini, menarik perhatian saya. Sosok Tom Sawyer benar-benar banyak akal. Misalkan ketika ia dihukum mengapur pagar rumah oleh bibinya, Bibi Polly. Tom merasa lagi sial. Dan ia memanfaatkan kesialannya itu dengan menarik perhatian teman laki-lakinya. Tom bertingkah seolah-olah mengapur pagar adalah pekerjaan bertualang menyenangkan, sulit dikerjakan, yang tidak semua anak lelaki bisa menyelesaikannya. Alhasil teman-teman Tom terpacu, ingin pula bisa mencobanya. Bahkan mereka rela menukar barang berharganya demi agar Tom mengizinkan mengapur pagar. Tom menampakkan wajah enggan ketika menyerahkan perlengkapan mengapur, padahal dalam hatinya ia bersorak, kegirangan. Tom mampu mengubah kesusahan yang ia hadapi, menjadi hal yang menyenangkan serta dapat meraup keuntungan.
Tom berkata pada dunianya sendiri bahwa dunia ini bukanlah dunia yang hampa. Dia telah menemukan hukum yang hebat tentang tingkah laku manusia. Misalnya, bahwa untuk membuat seorang laki-laki atau anak laki-laki menginginkan sesuatu, cukup dengan membuat sesuatu itu sulit untuk didapatkan. Kalau saja dia adalah seorang filsuf besar yang bijak, dia akan memahami bahwa Bekerja adalah apa pun yang tubuh itu diwajibkan untuk melakukannya, dan bahwa Bermain adalah apa pun yang tubuh tidak diwajibkan melakukannya. Dan ini akan membantu memahami mengapa membuat bunga tiruan atau melakukan pekerjaan membosankan adalah bekerja, sementara menjatuhkan sepuluh pin boling atau mendaki Mont Blacc adalah kesenangan. (hlm 24)
Bahasa yang disampaikan penulis dalam novel ini tampak hidup (dalam imajinasi saya), tidak berbelit-belit, namun meluas. Akan tetapi, saat sampai di bab ketiga hingga selesai membaca sepertiga dari jumlah halaman dalam novel ini, saya merasa jenuh. Hampir saja saya meninggalkan novel ini, berganti membaca yang lain. Namun saya bukan tipekal orang yang mudah meninggalkan begitu saja, apalagi setelah hampir separuh jalan! :D Benar saja. Beruntung saya memutuskan meneruskan membaca novel ini kembali, hingga tamat. Oleh karenanya saya menjadi tidak merasa rugi waktu. J
Saya tertarik menamatkan novel ini ketika sampai pada bab pembunuhan seorang dokter, yang dilakukan oleh seorang Indian, Joe Indian. Tom dan temannya yang bernama Huckleberry Finn menjadi saksi kunci kejadian itu. Mereka menyimpan rahasia besar itu, tidak berani menceritakannya pada siapa pun. Mereka takut menjadi sasaran Joe Indian kalau mereka menceritakan kejadian yang sebenarnya. Maka mereka tutup mulut, namun tak ayal mereka dihantui perasaan bersalah, juga perasaan tidak aman. Namun pada akhirnya, ketika Tom mampu mengungkapkan kejadian yang sebenarnya terkait pembunuhan tersebut, Joe Indian selaku tersangka, berhasil kabur.
Dari kejadian yang diceritakan pada bab pembunahan tersebut, saya mulai merasakan bayang-bayang kehadiran dunia anak laki-laki. Bayang-bayang itu menjadi semakin jelas hingga akhir bab. Apalagi saat Tom dan kawan-kawannya sengaja menghilang, menjadikan Pulau Jackson sebagai markas mereka. Hidup liar, penuh kebebasan, seolah-olah merekalah sang bajak laut. Cerita semakin seru, menegangkan dan penuh teka-teki saat Tom dan Hucklebbry Finn berburu harta karun di sekitar rumah angker, yang mereka ketahui, harta karun itu dalam kekuasaan Joe Indian, si pembunuh berdarah dingin beserta teman-temannya. Malang melintang menimpa Joe Indian. Ia ditemukan meninggal di dalam gua, terkunci selama dua pekan di dalamnya. Pada akhirnya, nasib baik berpihak pada Tom dan Huck. Mereka berdua berhasil menemukan harta karun itu. Seketika hidup mereka berubah, dan membuat beberapa anak laki-laki lainnya iri melihat mereka.
Saya menyukai tokoh dalam novel ini. Selain Tom, saya suka Bibi Polly, yang walaupun memiliki banyak aturan di rumahnya, khususnya untuk Tom, Bibi Polly adalah sosok bibi yang baik, penyayang keluarga. Bahkan seekor kucing pun tak luput dari perhatian bibi. Kemudian ada Hucklebbry Finn yang akrab dipanggil Huck. Huck seperti hidup sebatang kara. Biasa tidur di mana saja, bahkan di sebuah tong. Ia berpakaian sederhana, dan Huck, amat tidak suka tampil atau menjadi pusat perhatian orang-orang. Betapa Huck amat tersiksa ketika hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat pasca menemukan harta karun itu. Ia tidak suka menjadi orang kaya. Kata Huck, lebih baik dia tinggal di hutan, sungai, tong, atau tempat-tempat yang selama ini akrab dengannya. Huck memutuskan kabur dari rumah Janda Douglas.(yang mengurus Huck setelah Huck menyelamatkan nyawa janda Douglas. Ia pula yang mengurus harta Huck). Namun, seperti biasa, dengan segala gagasan yang dimiliki, Tom berhasil mengajak Huck kembali tinggal di rumah Janda Douglas. 
Itu saja ulasan tentang novel The Adventures of Tom Sawyer. Gambaran cerita dalam novel ini menyadarkan saya selaku perempuan, bahwa dunia laki-laki dan perempuan tidak bisa disamakan. Namun bisa untuk saling melengkapi. Berdasarkan pendapat saya pribadi, novel ini tidak cocok untuk anak-anak. Novel ini tidak recommended untuk anak-anak maupun remaja labil, karena dikhawatirkan mereka mengambil mentah-mentah semua yang ada di dalamnya. Padahal, tidak semua yang ada di dalam novel ini baik untuk anak-anak. Namun, terlepas dari itu semua, novel ini layak diapresiasi, salah satunya dengan cara mereviewnya. Membaca novel ini, saya jadi teringat masa-masa seru ketika masih anak-anak. Ya … walau bagaimana pun, dunia anak-anak tetaplah dunia anak-anak, di mana banyak sekali pembelajaran ketika masa itu. Hmm, jadi rindu. Rindu menjadi anak-anak. :D

Pamekasan, 08 April 2018

Model, M. Iqbal Ramadhani
Buku, milik Mbak Gemala Qurbani

Komentar