Pergolakan Politik di Timur Tengah






Judul Buku        : Arab Spring
Penulis             : M. Agastya ABM
Penerbit            : IRCiSoD
Cetakan            : Pertama, Oktober 2013
Tebal                : 236 hlm
ISBN                : 978-602-279-072-3

Selama ini aku menutup mata menyimak perpolitikan, karena memang kepalaku selalu cenat-cenut ketika mencoba menyibaknya, terlalu mengerikan bagiku kemudian lahirlah sikap acuh tak acuh.
Kali ini, membaca buku berjudul 'Arab Spring' yang di tulis oleh M. Agastya ABM, Dosen bidang Hukum Islam asal Sumenep, Madura, rasanya aku wajib membuka lebar-lebar kedua mataku. Buku ini cocok untukku, bahasanya ringan, mudah dicerna. Terlebih, buku ini tidak hanya menggambarkan kengerian-kengerian politik, melainkan mampu menyadarkan esensi dari politik yang sesungguhnya.
Buku ini mengangkat tema tentang revolusi di Timur Tengah yang kemudian diberi judul “Arab Spring.” Pecahnya revolusi di Timur Tengah diawali dengan tumbangnya rezim Ben Ali, presedian kedua negara Tunisia, pada tahun 2011, yang kemudian disusul dengan pergolakan-pergolakan di semenanjung Arab lainnya. Berkaca pada Tunisia yang berani melawan dan berusaha menggulingkan pemimpin yang berkuasa, menjadikan negara-negara lain turut melakukan hal serupa di negaranya masing-masing. Negara-negara tersebut meliputi Mesir, Libya, Yaman, Suriah, dan Bahrain, yang merupakan pembahasan revolusi utama dalam buku ini.

 1.    Revolusi Tunisia

Gambar 1. Presiden kedua Tunisia, Ben Ali
Revolusi Tunisia terjadi pada masa pemerintahan Ben Ali. Ia menjabat presiden Tunisia selama 23 tahun. Selama berkuasa, Ben Ali menumpuk kekuasaan dan kekayaan milik negara. Ia dikenal sebagai penguasa yang diktator, membatasi kebebsanan pers, melarang wanita memakai kerudung–padahal mayoritas masyarakat Tunisia beragama Islam, dan melanggar hak asasi manusia.
Ribuan demonstran turun ke jalan untuk menumbangkan kekuasaan Ben Ali. Puncaknya, terjadi ketika rakyat biasa bernama Bouazizi membakar dirinya, sebagaimana cuplikan berikut :
Revolusi di Tunisia berawal dari aksi protes Mohammad Bouazizi yang tidak mendapatkan pekerjaan formal setelah lulus sarjana. Ia pun berjualan buah-buahan dan sayuran di pasar. Akan tetapi, usahanya tersebut dianggap melanggar peraturan, sehingga polisi mengusirnya dan menyita barang dagangannya. (hlm. 31)

Maka, pada 18 Desember 2010, Mohammad Bouazizi membakar diri sebagai aksi protes. Tindakannya ini menggalang solidaritas rakyat Tunisia untuk bangkit melawan pemerintah yang korup dan represif. Aksi protes dan perlawan rakyat itu menjalar melalui media ke berbagai negara di Jazirah Arab. Usaha Tunisia untuk memperbaiki negaranya akhirnya berhasil menggulingkan Presiden Tunisia, Ben Ali (hlm. 31-32).

Gambar 2. Pembakaran diri oleh Muhammad Bouazizi

2.    Revolusi Mesir
Pembahasan Arab Spring yang kedua yaitu di negara Mesir, yang mana dua revolusi terjadi dalam waktu dua tahun. Pertama pada rezim Hosni Mubarak tahun 2011 dan pada pemerintahan Muhammad Mursi tahun 2013.
Revolusi Mesir tejadi pertama kali pada masa pemerintahan Hosni Mubarak, presiden keempat yang menjabat selama 30 tahun. Selama Hosni Mubarak berkuasa, ia berhasil menguasai pos pemerintahan. Ia juga berhasil mencekal beberapa partai politik yang dinilai berpandangan ekstrem, seperti Ikhwanul Muslimin dan Salafiyah.

Gambar 3. Presiden keempat Mesir, Hosni Mubarak

Aksi protes terhadap pemerintahan Hosni Mubarak di antaranya: protes terhadap kebebasan berpolitik, protes terhadap kebutuhan pokok dan rendahnya upah, protes terhadap penangkapan para penentang rezim, serta protes terhadap masalah-masalah lain. Pada tanggal 11 Februari 2011, akhirnya Hosni Mubarak menyatakan mundur dari jabatannya sebagai presiden Mesir.
Pengganti Hosni Mubarak adalah Muhammad Mursi. Ia adalah presiden ke-5 Mesir yang dipilih secara demokratis, menggantikan Hosni Mubarak yang telah berhasil digulingkan. Muhammad Mursi merupakan kader Ikhwanul Muslimin. Ia seorang hafidz, sosok yang istiqomah salat berjamaah di masjid, sosok yang sabar terhadap segala caci maki. Selain itu, banyak prestasi dan keberhasilan Muhammad Mursi dalam memimpin Mesir, di antaranya: Membuka zona industri di bawah naungan Qatar dan Turki, mengembangkan Terusan Suez menjadi pasar bebas dunia, mendukung dengan sangat eksplisit perjuangan rakyat Palestina, Suriah, Myanmar, dll. Ia juga berani memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah, serta menyerukan jihad melawan rezim Syi'ah Alawiyyin Bashar al-Assad. Namun, Muhammad Mursi tidak lama menjabat sebagai presiden. Pasca revolusi Mesir 2011 disusul tumbangnya Hosni Mubarak, tahun 2013 Mesir kembali bergejolak, yang pada saat itu, sejak tahun 2012, pemerintahan dipimpin oleh Muhammad Mursi.

Gambar 4. Presiden kelima Mesir, Muhammad Mursi
Revolusi Mesir 2013 dimotori oleh kelompok liberal, sekuler dan nasionalis. Kudeta terhadap Muhammad Mursi terjadi pada 30 Juni 2013, tepat satu tahun masa jabatannya berjalan. Dalam buku ini dijelaskan, ketiga kelompok penggerak Revolusi Mesir 2013 adalah musuh bebuyutan Ikhwanul Muslimin. Pasalnya, kekuatan Ikhwanul Muslimin amat ditakuti oleh Barat, mengingat masyarakat dikhawatirkan semakin bersimpati terhadap kelompok yang menjungjung tinggi syari'ah Islam itu.
Adalah barisan militer yang sangat berperan terhadap kudeta Muhammad Mursi, berkerja sama dengan Barat, terutama Amerika Serikat. Mereka memanipulasi media, dan berbagai macam cara keji mereka lakukan agar dapat menggulingkan kepemimpinan Muhammad Mursi.
Menjadi jelaslah bagiku, Amerika Serikat yang berkoar-koar tentang sistem demokrasi dalam suatu negara, nyatanya, Amerika Serikat sendiri yang menyimpangnya, menjatuhkan demokrasi tersebut. Tertulis dalam Al-Qur'an Al-Karim, bahwa orang-orang kafir, Yahudi dan Nasrani, tidak akan pernah rela Islam memimpin peradaban. Mereka akan melakukan segala secara agar tauhid tidak lagi tegak di muka bumi ini. Tidak akan lagi setelah ini aku menutup mata terhadap politik! Mereka bebas melakukan tipu daya, tapi Allah Dzat yang diriku berada ditangan-Nya, pemilik kerjaan langit maupun bumi, sesungguhnya, Dia pun melakukan tipu daya terhadap kaum kafir.

3.    Revolusi Libya
Revolusi Libya terjadi pada masa pemerintahan Muammar Khadafi. Ia berkuasa sejak tahun 1969 sampai 2011. Muammar Khadafi presiden pertama negara Libya, menggantikan kekuasan Raja Idris I sebagai pemimpin negara.
Gambar 5. Presiden Libya, Muammar Khadafi.

Keberadaan Muammar Khadafi cukup kontoversial, bahkan dunia Barat cukup gentar dengan kepemimpinannya, Pasalnya, Muammar Khadafi bersikap keras terhadap Israel, bisa dikatakan ia anti Israel dan mendukung kemerdekaan rakyat Palestina. Ia berupaya keras menyatukan negara-negara Arab. Namun kemudian Muammar Khadafi tidak lagi peduli terhadap upayanya itu dan lebih memilih fokus pada penyatuan negara-negara Afrika.
Pada masa pemerintahannya, Rezim Muammar Khadafi melarang adanya partai politik, media massa dibelenggu, bahkan ia menerbitkan buku panduan ideologi untuk pejabat dan rakyat Libya. Buku itu diberi nama Kitab Hijau (Green Book). Buku itu ia buat agar masyarakat tidak melenceng dari kekuasaannya.
Setelah 42 tahun Muammar Khadafi berkuasa, menjarah, menzhalimi rakyat Libya, dan menginjak-injak syari’at Islam, akhirnya di Kota Sirte pada hari Kamis, 20 Oktober 2011, Muammar Khadafi meninggal dunia secara mengenaskan karena luka yang dideritanya pada saat penangkapan. Berikut cuplikan tentang sosok Muammar Khadafi :
… dijelaskan kesesatan-kesesatan Muammar Khadafi, di antaranya ialah mengingkari sunnah Rasulullah Saw., menyamakan syariat Islam dengan undang-undang Romawi, dan mengaku dirinya nabi. Penjelasan kesesatannya, serta perilakunya yang sadis dan kejam terhadap kaum muslimin sudah cukup untuk menyadarkan mereka bahwa Muammar Khadafi tidaklah layak diberi gelar Al-Qaid Qaddafi (Khadafi, Sang Pemimpin). Sebab, pada hakikatnya, Muammar Khadafi adalah seorang diktator thaghut yang kejam dan bengis. (hlm. 116).

4.    Revolusi Yaman dan Bahrain
Negeri Yaman, tepatnya di Kota Tarim, merupakan daerah asal nenek moyang Wali Sanga. Awalnya, Yaman terbagi menjadi dua wilayah, Yaman Utara dan Yaman Selatan. Kemudian keduanya menggabungkan diri secara damai pada 22 Mei 1990.
Presiden pertama Yaman adalah Ali Abdullah Saleh, mulai menjabat pada 22 Mei 1990. Setelah empat tahun masa jabatannya, pecah konflik antara pemerintah Sana’a, ibu kota Yaman, dengan kelompok Partai Sosialis di selatan Yaman. Konflik tersebut melahirkan ide daerah selatan Yaman yang ingin memisahkan diri menjadi negara tersendiri, namun konflik tersebut berhasil dituntaskan oleh pemerintah pusat dengan menangkap dan mengasingkan para pemberontak ke luar Yaman.

Gambar 6. Presiden pertama Yaman, Ali Abdullah Saleh

Selama rezim Ali Abdullah Saleh berkuasa, Yaman sering berhadapan dengan konflik-konfik. Puncaknya, Yaman bergejolak setelah presiden mengusulkan amandemen konstitusi yang bisa membuatnya tetap berkuasa. Masyarakat tidak tinggal diam menyimak usulan tersebut, mereka akhirnya melakukan demonstrasi besar-besaran dengan maksud menuntut presiden Ali Abdullah Saleh mundur dari jabatannya. Ali Abdullah Saleh kemudian menyatakan mundur setelah berkuasa selama 33 tahun dan kemudian ia melarikan diri ke Arab Saudi.

5.    Bahrain Bergejolak
Ulama terkemuka yakni, Dr. Yusuf al-Qardhawi menyatakan, “Tidak ada revolusi rakyat di Bahrain, melainkan (revolusi) madzhab.” Begitulah yang terjadi. Menurut Dr. Yusuf al-Qardhawi, Syi’ah menjadi kekuatan besar yang keberadaannya patut diwaspadai. Para jajaran penguasa (pemerintah) di Bahrain banyak dari kalangan Sunni, meskipun mayoritas masyarakatnya dalah dari kalangan Syi’ah.
Sepanjang membaca lembar demi lembar Revolusi Bahrain dalam buku ini, tidak kutemukan penjelasan mengenai kediktatoran kepala pemerintahan Bahrain yang dipimpin oleh Syekh bin Salman al-Khalifah.

6.    Gelombang Revolusi Suriah
Pembahasan mengenai revolusi Suriah dalam buku ini sebenarnya diletakkan pada urutan kelima, setelah pembahasan revolusi Yaman dan sebelum pembahasan Bahrain bergejolak. Khusus Suriah, aku memang sengaja me-review-nya di akhir. Alasannya cukup sederhana, karena hingga saat ini (2017) gelombang revolusi Suriah belum juga usai. Semenjak tahun 2000 Bashar al-Assad dilantik menjadi presiden, kemudian disusul dengan sepak terjangnya membunuh ribuan nyawa rakyatnya sendiri, hingga sekarang, masayarakat Suriah belum bebas dari kekejaman kekuasaan Bashar al-Assad. Ia kemudian dijuluki Fir’un dari Suriah, sebagaimana cuplikan berikut :
Bashar al-Assad dikatakan seperti Fir’un bukan tanpa alasan. Syekh Gayyats memaparkan kezhaliman rezim penganut Syi’ah Nusairiyah tersebut.
“Puluhan kota diserang, ribuan nyawa melayang, masjid-masjid dihancurkan, mushaf al-Qur’an dibakar, orang-orang muslim Ahlus Sunnah yang sedang shalat dibunuh, dan pada dinding-dinding masjid ditulis ‘Laa ilaaha illa Bashar al-Assad’ (Tiada tuhan selain Bashar al-Assad). Karena itulah, ia layak disebut Fir’un abad ini,” ujar Syekh Gayyats. (hlm. 165).

Gambar 8. Fir’un dari Suriah, Bashar al-Assad

Aku tidak akan membahas lebih lanjut mengenai kekejaman rezim Bashar al-Assad, semua orang tahu meski (mungkin) kebanyakan mereka menutup mata, dunia pun tahu tapi (mungkin) enggan memberi bantuan kepada masyarakat Sunni yang tertindas di negerinya sendiri, Suriah. Mari kita mengenal negeri Suriah dari kacamata masa lalu.
Sebelum dikenal dengan nama Suriah, dahulu, negara ini bernama Syam[1]. Sebagimana sering kita mendengarnya, negeri Syam disebut-sebut pada masa hidup Nabi Muhammad Saw., negeri Syam memang tergolong salah satu pusat peradaban paling tua di dunia. Bahasa Arab merupakan bahasa yang dipakai dalam keseharian masyarakat hingga saat ini, dan Islam adalah agama yang paling banyak dianut oleh masyarakatnya, terutama Islam aliran Sunni.
Dalam buku ini, aku tertarik dengan ungkapan atau pernyataan Syekh Gayyats yang membacakan hadits nabi berkaitan dengan Syam di masa depan (sekarang).
Nabi Muhammad Saw., bersabda : “Pada akhirnya umat Islam akan menjadi pasukan perang: satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan lagi di Iraq. Ibnu Hawalah bertanya: Wahai Rasulullah, pilihkan untukku jika aku mengalaminya. Nabi saw: Hendaklah kalian memilih Syam, karena ia adalah negeri pilihan Allah, yang Allah kumpulkan di sana hamba-hamba pilihan-Nya, jika tak bisa hendaklah kalian memilih Yaman dan berilah minum (hewan kalian) dari kolam-kolam (di lembahnya), karena Allah menjamin untukku Negeri Syam dan penduduknya.” (Shahih, HR. Abu Dawud (2483) Imam Ahmad (4/110) Al-Hakim, dan Ibnu Hibban). https://www.hidayatullah.com/kajian/hadits-harian/read/2016/04/12/92933/pasukan-terbaik-akhir-zaman-ada-di-syam.html

Yang menarik adalah, Syekh Gayyats juga mengatakan bahwa kemenangan mujahidin di Suriah akan menjadi kunci berdirinya khilafah. Beliau mengatakan sebagaimana dikutip sebagai berikut :
“Banyak negara yang sudah bersekutu melawan mujahidin di Suriah. Sebab, Suriah adalah landasan pertama berdirinya kembali khilafah islamiyah, dan sebagai kunci pembebasan Al-Aqsa dan negeri-negeri Syam,” ujar Syekh Gayyats. (hlm. 166).

Akhir kata dariku, sebagai penutup dalam review kali ini. Sebagai muslim, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu saudara-saudara kita di belahan bumi mana pun, lebih-lebih mereka yang sangat membutuhkan bantuan serta dukungan seperti di Palestina, Suriah dan Myanmar. Hal-hal yang bisa kita lakukan di antaranya:
1.       Membantu dengan tenaga, secara fisik ikut berjihad bersama barisan mujahidin.
2.       Membantu dengan materi, berjihad dari balik layar.
3.       Membantu melalui diplomatik dengan pihak-pihak luar.
4.     Membantu mendidik genarasi yang cinta Allah dan Rasulullah, cinta Al-Qur'an, cinta saudara-saudara muslim, cinta Islam. Sehingga nantinya lahir generasi yang menegakkan tauhid di muka bumi ini.
5.       Doa tiada henti, dan sebagainya.


Pamekasan, 26 September 2017





[1] Versi Wikipedia : Syām atau Negeri Syam  adalah sebuah daerah yang terletak di timur Laut Mediterania, barat Sungai Efrat, utara Gurun Arab dan sebelah selatan Pegunungan Taurus. Negeri Syam merupakan tempat dari agama samawi yaitu Yudaisme, Nasrani, dan Islam. Menurut umat muslim, Negeri Syam dianggap sebagai "Negeri Kebaikan"*.

*“Kebaikan pada negeri Syam. Kami bertanya, 'Mengapa wahai Rasulullah?' Dia bersabda: 'Karena Malaikat rahmah (pembawa kebaikan) mengembangkan sayap di atasnya.” (Hadits riwayat Tirmizi, no. 3954, dia berkomentar, haditsnya hasan gharibImam Ahmad dalam Al-Musnad, 35/483. Cetakan Muassasah Ar-Risalah, dishahihkan oleh para peneliti. Dishahihkan pula oleh Syekh Al-Albany dalam kitab ‘As-Silsilah As-Shahihah no. 503)

Komentar