Don’t judge a book by its cover, jangan
menilai sebuah buku dari sampulnya. Begitulah
pribahasa masyhur dalam bahasa Inggris. Untuk suatu alasan tertentu, saya
sepakat dengan pribahasa tersebut, namun saya tidak bisa menepis feeling pada saat berjumpa dengan
buku-buku, bahwa saya tertarik menyentuh sebuah buku di rak-rak toko buku tidak
lain karena yang pertama saya nilai adalah judul dan sampul dari sebuah buku
tersebut, kemudian pindah ke sinopsis di belakang sampul, melihat daftar isi
serta membaca singkat halaman secara acak. Setelah proses seleksi itu
dilakukan, barulah kemudian saya bisa memutuskan, apakah saya mau membarter
buku itu dengan lembar rupiah atau tidak. Well, hal yang sama berlaku pada buku
berjudul Si Wortel (Poil De Carotte).
Kendatipun menemukan buku ini secara online di Cahaya Pustaka (@cahayapustaka), lagi-lagi saya
mengandalkan feeling ketika
memutuskan membelinya, dengan cukup menilai judul dan cover bukunya saja.
Hasilnya, setelah buku ini di tangan? Whoooaa.. insting intuisi memang jarang
salahnya. JJJ
Back to Si
Wortel.
Buku mini
berjudul Si Wortel (Poil De Carotte) ini
ditulis oleh Jules Renand, seorang novelis asal Perancis. Buku ini kemudian
diceritakan kembali oleh Shalena Dragon, perempuan kelahiran tahun 1950
yang aktif menerjemahkan buku anak serta novel pendek Rumania dan Jepang. Menilai
dari sampul buku, saya berasumsi buku ini adalah untuk kalangan anak-anak, yang
mengisahkan tentang seorang anak yang sakit-sakitan, mungkin pula seorang anak malang
yang tidak memiliki orang tua, dan asumsi-asumsi mengharu lainnya. Begitu
membaca halaman pertama hingga selesai bab pertama dengan judul Ayam, ternyata
asumsi saya kurang tepat! Buku ini bukan hanya untuk anak-anak, orang dewasa
pun saya rasa akan menikmatinya.
Dikisahkan bahwa
Wortel adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ia seorang anak laki-laki yang
memiliki rambut berwarna merah-oranye seperti wortel, wajahnya penuh dengan
bintik-bintik coklat. Wortel memiliki kakak laki-laki bernama Felix dan
memiliki kakak perempuan bernama Ernestine. Ayah Wortel sering bepergian ke
luar negeri untuk urusan pekerjaan, sementara ibu Wortel seorang ibu rumah
tangga yang lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Ibu Wortel selalu
bersikap tak acuh pada Wortel, selalu menyuruh Wortel, dan sering mencubit atau
terkadang memukul Wortel. Awalnya, saya pikir Wortel adalah anak tiri ibunya
atau anak angkat dalam keluarganya, namun saya tidak menemukan fakta itu hingga
saya selesai menuntaskan buku ini. Digambarkan dalam buku ini sikap Ibu Wortel
yang selalu mengabaikan Wortel, bahkan sengaja mencari-cari kesalahan Wortel. Pada
bab pertama tentang Ayam contohnya, awalnya, Ibu Wortel minta tolong pada Felix
kemudian pada Ernestine agar mau menutup pintu kandang ayam, karena mereka
berdua tidak mau, akhirnya tanpa banyak bertanya pada keduanya, Ibu Wortel
beralih menyuruh Wortel yang sedang berada di bawah kolong meja. Wortel juga
tidak mau, namun ibunya memaksa dengan cara mengancam akan memukul kalau Wortel
tidak menuruti perintahnya. Dengan berat hati dan takut-takut, Wortel pun
mendekati kandang ayam, menutup pintu sesuai perintah ibunya. Berhasil menyelesaikan
perintah, Wortel kembali memasuki rumah seraya tersenyum-senyum, ia berharap
pujian dari keluarganya. Alih-alih, malah Ibu Wortel memberinya tugas baru
bahkan tanpa memandang Wortel ketika mengatakannya, “Wortel, mulai hari ini,
tugasmu menutup pintu kandang ayam!”.
Suatu malam
ketika musim dingin, Wortel kebelet ingin buang air kecil. Kamar mandi di rumah
Wortel terletak di luar rumah, sementara hujan turun dengan sangat deras.
Wortel tidak berani memanggil ibunya dari dalam kamar, karena Wortel tahu,
ketika melihat ibunya muncul, kebeletnya akan hilang begitu saja. Biasanya di
kolong ranjang Wortel tersedia pispot, namun malam itu pispot tersebut tidak
ada. Akhirnya Wortel memutuskan buang air kecil di tempat perapian kamar. Keseesokan
harinya, Ibu Wortel memasuki kamar Wortel dengan mendengus-dengus bau tidak
enak di kamar Wortel. Ibu Wortel menemukan sumber bau itu. Ibu Wortel pergi
meninggalkan kamar Wortel lantas kembali lagi dengan membawa pispot yang ia
sembunyikan secara diam-diam dan meletakkannya kembali tanpa sepengetahuan
Wortel. Ibu Wortel kemudian memukul Wortel dan memarahinya, “Anak seperti ini,
kok, jadi anakku! Aku betul-betul kecewa!” teriaknya. Wortel tercengang ketika
ibunya memperlihatkan pispot di kolong ranjang tidurnya. Pikir saya, kok ada ibu kandung macam ini!
Satu
bab dalam buku Si
Wortel (Poil De Carotte)
Buku ini
benar-benar mendeskripsikan hubungan tidak baik antara Wortel dan ibunya. Kendatipun demikian, sikap tenang Wortel
menjadi penyeimbang cerita di dalamnya, tercermin dari pikiran, kata-kata, dan
tindakan Wortel ketika menghadapi permasalahan. Saya tidak akan menjabarkan dimana
letak sikap tenang yang dimiliki Wortel, jika tertarik pada buku ini,
barangkali Cahaya Pustaka masih memiliki stoknya. J
Pada bab Surat, yang dikirim Wortel kepada ayahnya, ada sebuah pesan balasan dari ayah Wortel yang saya pikir pesan itu setengahnya berlaku pula untuk para pembaca (yang suka membaca). Wortel menulis surat untuk ayahnya, ia minta dibelikan buku yang ingin dia miliki. Kemudian Ayah Wortel mebalasnya begini :
Wortel anakku yang manis,
Buku-buku yang kamu inginkan itu,
baik Ayah maupun kamu sendiri, tidak tahu pengarangnya bukan? apa yang mereka
lakukan sebetulnya bisa juga kamu lakukan.
Sekarang kamu cobalah untuk menulis
buku. Setelah selesai, kamu boleh membacanya.
Dari Ayahmu
Wortel memang
tidak dekat dengan ibunya, namun ia berteman baik dengan ayahnya dan menyayangi
kedua saudaranya. Shalena Dragon dalam ulasannya menyampaikan, menurut buku
harian Renard yang dicetak sepuluh tahun setelah ia meninggal, diketahui bahwa
tokoh si Wortel dalam buku ini adalah Renard. Ayah, Ibu, dan kakak-kakanya
adalah model yang dia pakai untuk menulis buku ini. Saya pikir buku ini cocok
untuk semua kalangan, bahasanya mudah dimengerti, padat, mengandung pesan bijak,
ilustrasinya tidak berlebihan dan sangat pas pada tempatnya, serta yang pasti
buku ini menghibur lagi menginspirasi. Insya Allah. Saya rekomendasikan buku
ini menjadi buku bacaan untuk semua kalangan, anak-anak, remaja dan dewasa. Baik
dari kalangan laki-laki atau perempuan.
Ilustrasi
dalam
buku Si Wortel (Poil De Carotte)
Pamekasan,
04 September 2017
Assalamualaikum kak, mau tanya dong, dimana aku bisa dapetin ini cerpen yah, aku dulu punya tapi hilang udah cari2 tapi nda2 nemu nemu, kak tau tidak dmna bisa beli ini buku?🙏🏼 Atau bisa baca dimana?
BalasHapus