Biar saya ceritakan alasan mengapa saya tertarik ikut reading challenge yang diadakan oleh FLP
Jatim. Hanya satu alasannya, tidak lain dan tidak bukan adalah karena saya
ingin buku-buku yang saya pinjam segera hilang dari peredaran mata pada saat
membuka-menutup lemari. Alhamdulillah sukses, dalam waktu 30 hari, sekitar 8
dari aneka buku fiksi serta novel-novel saya pindah tangankan pada pemilik
aslinya.
Barangkali teman-teman bertanya-tanya, reading challenge itu apa sih? Baiklah, saya jelaskan. Organisasi
FLP yang bergiat dalam dunia kepenulisan, seharusnya kegiatan membaca menjadi
makanan sehari-hari bagi kami (anggota FLP). Sebagaimana Mbak Asma Nadia mengatakan,
“Kuliahnya seorang penulis itu membaca.” Namun, apakah kami selaku anggota FLP
suka dan selalu membaca buku? Tidak semuanya. Buktinya saya sendiri. Saya
termasuk anggota FLP yang tidak konsisten membaca buku, lebih-lebih buku
non-fiksi. Asumsi saya, diadakannya reading
challenge ini tujuannya untuk memotivasi anggota FLP agar senantiasa
berlomba-lomba membiasakan diri membaca sehingga kami dapat melahirkan
karya-karya tulis yang tidak biasa, dalam artian berbobot karena adanya
pengetahuan dalam setiap karya yang telah kami tuliskan.
Ada empat kelas
dalam reading challenge :
1) RC Kelas R,
yang berarti kelasnya para Reader.
2) RC Kelas MR, kelasnya
para Middle Reader.
3) RC Kelas HR,
kelasnya para High Reader.
4) RC Kelas SR, kelasnya para Super
Reader.
Saya telah duduk di kelas R dan naik ke kelas MR. Di kelas MR saya merasakan
tantangan membaca jauh lebih berkesan dibanding pada saat di kelas R. Jika di kelas
R ditentukan minimal membaca 5 halaman, bebas membaca buku apa saja, serta
batas tidak melaporkan kegiatan membaca maksimal 3 kali berturut-turut, maka di
kelas MR ketentuannya lebih menantang (yaialah, secara sudah level 2 JJJ),
saya sampai terangah-angah dan pusing tujuh keliling mengahatamkan buku yang
telah ditentukan temanya oleh admin. Aturan di kelas MR, tema ditentukan, cover
buku diupload sebagai bukti, satu buku harus khatam maksimal delapan hari, maksimal
tidak absen 7 kali (Bukan hanya absen, tidak memenuhi target juga terkena
tanda), batas terakhir update pukul 06.00 (telat satu menit saja mendapat
tanda) dan jumlah yang harus dibaca minimal 15 halaman. Bagi saya, tidak ada
kendala yang begitu membuat khawatir kecuali tema yang telah ditentukan.
Benarlah. Pada hari pertama kelas MR dimulai, saya malas menginjakkan
kaki di Perpustakaan Daerah hanya sekedar mencari buku tentang keislaman
(inginnya segera pulang ke rumah setelah seharian di sekolah). Sebenarnya di
rumah, saya memiliki beberapa buku berbau Islam, hanya saja saya inginkan buku
lain yang belum pernah saya sentuh serta lembarannya kecil lagi halamannya
tipis. Akhirnya ketemu, buku dengan judul Crayon untuk Pelangi Sabarmu yang
ditulis oleh Nati Sajidah. Sungguh, bagi saya bukan perkara mudah membaca 15
halaman buku non fiksi, kecuali buku-buku tertentu.
Entah hari ke-berapa di kelas MR, masih dengan tema buku pertama, saya santai
tidak membaca. Memang berniat tidak ingin update di kelas. Saya berpikir, toh satu
tanda silang hijau tidak akan berpengaruh jika esok atau lusa saya kembali
update, maksudnya hilang dengan sendirinya seperti di kelas R. Ternyata saya
salah, tanda itu tidak bisa dihilangkan, semakin hari semakin banyak jikalau
saya tidak update jumlah halaman maupun jika tidak menyelesaikan tantangan. Oalah,
saya menjadi tidak santai dan bersemangat menyelesaikan tantangan, khawatir
tinggal kelas.
Saya bertekad hanya ingin meninggalkan satu tanda saja di kelas MR ini,
namun takdir menuliskannya lain. Pekan kedua dikelas MR dengan tema buku sejarah, saya kembali
mendapat tanda silang hijau. Waktu itu saya mengikuti kegiatan Scout Orientasi Camp Pramuka Sekolah
Islam Terpadu (Score Camp PSIT) di Coban Rondo. Malam hari saya memanfaatkan
waktu istirahat dengan menyelasikan tantangan kelas, belain-belain membaca dengan menyalakan senter
sebagai penerang. Saya terkantuk-kantuk, belum selesai 15 halaman saya sudah
melayang ke alam mimpi. Pagi harinya bakda salat Subuh, saya menyelesaikan bacaan.
Alhamdulillah, total yang saya baca menjadi 25 halaman. Waktu menunjukkan
hampir pukul 06.00 dan di dalam tenda tidak ada sinyal sama sekali. Saya
bergegas keluar tenda, pergi ke arah selatan, ke tempat yang lebih tinggi agar
mendapat sinyal. Percuma, ketika sinyal mulai terbaca, waktu telah lewat pukul
06.00. Saya harus ikhlas mendapat tanda silang hijau lagi. Perjalanan pulang
dari score camp, saya balas dendam dengan menghatamkan buku dengan cover warna
merah itu, buku berjudul Sejarah Singkat China. Saya khatamkan pula buku tipis
karangan Mbak Taqi yang berjudul Semesta Berpendar.
Memasuki pekan ketiga kelas MR, inilah waktu di mana saya dibuat pusing
tujuh keliling. Saya yang pada dasarnya tidak menyukai sesuatu yang berhubungan
dengan politik -alasannya karena
saya sering baper melihat maupun menyimak perpolitikan di Indonesia, dihadapkan
pada buku yang bertemakan politik. Rasanya saya stres mencari buku politik di
perpustakaan daerah, saya tidak menemukan buku tipis maupun buku politik yang
menarik penglihatan. Saya upload gambar cover buku di kelas MR. Karena lama tidak
ada respon dari admin, saya kembali mencari buku, barangkali ada buku yang
lebih tipis dari yang saya pegang saat itu. Gerakan tangan saya berhenti pada
buku berjudul Sastra dan Politik. Tingi, lebar dan tebal bukunya nyaris seperti
buku Prejengane Kutho Suroboyo. Saya
berpikir, sepertinya buku ini menarik. Saya mengambilnya, membawanya pulang
setelah sebelumnya mengupload cover buku di kelas RC dan setelah melalui proses
peminjaman buku perpustakaan.
Membaca buku Sastra dan Politik membuat rasa tidak suka saya berlipat-lipat
terhadap perpolitikan di Indonesia. Berkaca-kaca, sesak, serta kepala
berdenyut-denyut membayangkan politik pada era Orde Baru, lebih tepatnya
detik-detik menjelang Orde Baru. Buku Sastra dan Politik ini nyaris tidak
selesai sebagaimana waktu yang telah ditentukan, namun malam terakhir saya kebut
walaupun ada yang berputar-putar dalam benak saya. Belum lagi tulisannya
kecil-kecil sehingga memperlambat waktu pindah halaman.
Akhirnya saya bernafas lega. Saya menyelesaikan buku bertemakan politik dengan
tepat waktu. Esok paginya saya rasakan ada yang berbeda ketika menginjakkan kaki
di perpustakaan. Semangat saya terpompa. Saya membawa pulang dua buah buku
bertemakan biografi, buku tentang Een Sukaesih dan Mahatma Gandhi. Tidak saya
sangka dapat menyelesaikan dua buku itu sebelum hari ke-8 dari jangka yang
ditetapkan. Sambil menunggu bergantinya tema, saya selasaikan novel Negeri Para
Bedebah karya Tere Liye, yang sengaja saya abaikan demi memenuhi target kelas
MR.
Pekan kelima sekaligus pekan terakhir diumumkan. Tema buku yang harus
kami baca adalah novel karya peraih nobel sastra. Alhamdulillah, akhirnya saya
bisa bertemu novel, meskipun untuk mendapatkan novel ini sangat sulit. Di Perpustakaan
Daerah Pamekasan, saya searching
berkali-kali tidak juga menemukannya. Akhirnya saya mendapatkan novel berjudul My Name is Red dalam bentuk aplikasi
yang saya download di internet. Novel ini benar-benar amazing, menggabungkan berbagai macam tema dengan narator berbeda tiap bab-nya. Ngomong-ngomong, novel ini merupakan novel dengan jumlah
halaman paling banyak yang pernah saya baca, hampir 900 halaman. Dukanya adalah,
penglihatan saya menjadi panas dikarenakan berlama-lama duduk atau terkadang telungkup
di hadapan layar laptop, membacanya tanpa (jarang) berkedip.
Sedikit review novel My Name is Red bisa dibaca di link facebook : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10207288288845155&set=pb.1822913534.-2207520000.1503328970.&type=3&theater
Perjuangan saya tidak percuma. Saya naik dari kelas MR ke kelas HR, membawa
dua tanda silang hijau. Kelas HR bertepan dengan bulan Ramadhan dan bertepatan
pula dengan hari libur sekolah formal. Saya izin cuti dan insya Allah akan
aktif di kelas HR pada saat liburan sekolah formal berakhir.
Kesimpulan tulisan ini sebenarnya simple. Dari tegangan-tegangan yang
saya rasakan, saya menemukan ide-ide tulisan dan alhamdulillah dapat melahirkan
satu karya tulisan (cerpen) yang bersetting China. Cerpen tersebut telah
dibedah bersama teman-teman FLP Pamekasan dan sampai saat ini belum direvisi
:-D. Semoga Allah mudahkan untuk kembali menyentuh naskah tersebut kemudian
dapat saya kirim ke media cetak pilihan. Amin
ya rabbal ‘alamin.
Kelas High Reader (HR), saya datang……………
maftuhatinn@gmail.com
Komentar
Posting Komentar